Buku adalah gudang ilmu
sekaligus jendela dunia. Ya begitulah kiranya. Sedianya buku memang memuat ilmu
pengetahuan dan informasi yang dibutuhkan semua kalangan. Bahkan, kurangnya membaca
buku memberikan dampak yang signifikan dalam kehidupan.
Sayangnya, ada satu hal
yang sering terlewatkan. Bahwa di balik itu semua ada peranan perpustakaan.
Sebab, perpustakaan sering kali diidentikkan dengan buku. Tiada perpusatakaan
tanpa buku dan tiada buku yang disajikan cuma-cuma tanpa perpustakaan.
Bila di awal dikatakan
buku adalah gudang ilmu dan jendela dunia, maka perpustakaan menjadi
cakrawalanya bangsal ilmu sekaligus wadah pikir dunia. Mengapa demikian? Tentu
saja karena buku hanya memuat satu atau dua bidang ilmu, namun perpustakaan
memuat ribuan bahkan jutaan jenis buku.
Maka, tidak berlebihan
jika saya beranggapan bahwa kemajuan suatu bangsa turut ditentukan oleh
keberadaan perpusatakaan. Sederhananya, semakin banyak perpustakaan akan
memperbesar kesempatan orang untuk membaca dan menyerap ilmu. Sedangkan ilmu
merupakan obor yang menerangi jalan untuk menggapai peradaban yang maju.
Dilema Minat Baca di
Tengah Geliat Perpustakaan
Realitas memang sering
kali berbicara di luar harapan. Pasalnya, dilihat dari jumlah perpustakaan, negeri
ini sangat digdaya. Setidaknya ada 164.610 perpustakaan yang tersebar di
seluruh wilayah Nusantara. Bahkan, angka tersebut berhasil mengantarkan
Indonesia menjadi negara dengan perpustakaan terbanyak kedua di dunia setelah
India.
Anehnya, geliat jumlah
perpusatakaan tersebut tidak diikuti oleh meningkatnya minat baca masyarakat
Indonesia. Buktinya terpampang dalam studi Central Connecticut State
University bertajuk The World’s Most Literate Nations 2016. Rilisnya menempatkan Indonesia pada
peringkat ke-60. Ironinya, hanya berada satu tingkat di atas Botswana yang
berada di posisi paling bawah.
Sumber: www.independent.co.uk |
Menyongsong Asa Lewat Pustaka
Di tengah tantangan yang
kian menghujam, kemampuan literasi dan analisis terhadap data dan informasi
harus dipertajam. Dalam rangka mewujudkannya, mau tidak mau minat baca harus
segera ditingkatkan. Salah satu caranya melalui peran perpustakaan.
Hal ini bukan isapan jempol
belaka, jika setiap perpus mampu memenuhi 6 komponen utama. Komponen yang
sejatinya menjadi asa bagi saya, khususnya dalam menjawab dilema yang ada.
1. Lengkap
Tak dipungkiri, setiap orang
ke perpustakaan untuk mencari referensi yang dibutuhkan. Namun jika tidak ada,
bukan tak mungkin, ia tak akan menetap lama. Hal ini juga berarti menghambat
niatnya untuk membaca. Untuk itu, perlu setiap perpus melengkapi rak-raknya
dengan berbagai buku yang memuaskan dahaga pembaca.
2. Ramah Anak
Sebagai tunas bangsa,
keberadaan anak harus diakomodir oleh setiap perpustakaan yang ada. Apalagi ia
merupakan pemimpin sekaligus generasi pembangunan di masa depan.
Untuk itu,
layanan terbaik juga harus diberikan terhadap anak-anak dengan menyediakan
ruang atau taman yang ramah anak dalam perpustakaan, termasuk bahan bacaan.
3. Ramah Disabilitas
Pada dasarnya akses untuk
membaca harus diberikan pada semua orang tanpa ada diskriminasi. Oleh
karenanya, perpustakaan harus pula menyediakan layanan khusus bagi mereka yang
berkebutuhan khusus.
Sebab, para penyandang disabilitas juga punya peranan
dalam membangun negeri, untuk itu mereka pun harus meningkatkan literasi. Maka
perpus harus menjadi solusi.
4. Pustakawan Profesional
Pustakawan juga menjadi
persoalan. Segala manajerial dan layanan yang diberikan akan turut memberikan
kesan bagi para pembaca. Profesionalisme pustakawan termasuk perilaku dan sifatnya
bukan tak mungkin akan menambah nuansa kerinduan untuk kembali mengunjungi
perpustakaan.
5. Rapi dan Nyaman
Salah satu yang kadang
membuat kesal adalah tata letak buku yang semrawut. Alih-alih dapat
referensi, kita harus mencari sana-sini. Hal ini akan berdampak pada keinginan
untuk membaca.
Oleh karena itu, sistematisnya tata letak buku pada rak perpus
akan memberikan rasa nyaman. Sudah barang tentu yang nyaman akan selalu menjadi
langganan.
6. Terintegrasi Teknologi
Di era disrupsi ini
perlu juga penyelarasan perpus dengan teknologi. Tujuannya untuk memudahkan
mencari informasi dan menemukan koleksi. Lebih utama melengkapi kekurangan
referensi. Terlebih hari ini e-library mulai digandrungi.
Grhatama Pustaka sebagai Percontohan
Dalam
menyongsong harapan, akan lebih mudah bila kita memberikan percontohan. Untuk
itu, Grhatama Pustaka bisa menjadi gambaran nyata. Tanpa perlu menjabarkannya,
silahkan tilik gambar berikut.
Jika semua perpus memiliki layanan seperti ini,
bukan tak mungkin membaca menjadi budaya. Maka, sudah semestinya kita galang
upaya bersama untuk mewujudkannya. Sebab dari rahim perpustakaanlah ide-ide
brilian anak bangsa akan terlahir. Dari sana pula kita akan melampaui
batas-batas harapan untuk negeri tercinta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar